Senin, 03 Mei 2021

Berhenti di Sosial Media

 

5 Bulan sudah berlalu sejak november 2020. Perlahan-lahan saya sudah meninggalkan instan story instagram di sosial media. Perlahan-lahan meninggalkan kebiasaan membagi tentang hidup personal pribadi saya.

Beberapa teman mulai ngeh dan bertanya "Hey Lis, where are you now?". Ente gak keliatan lagi di instagram dan sosial media lainnya. Atau ente sembunyikan insta story ke ane?

Pertanyaan tersebut saya jawab dengan instan "ane dah hijrah".

Mereka menjawab "why? Ente mau jadi orang orang yang pakai jenggot dan celana cingkrang?"

"yaah gak gitu juga kali~"


Dengan jawaban simpel tersebut ternyata lebih akurat mendeskripsikan hidup saya sekarang.

Saya sudah hijrah. Tidak berarti saya tidak akan kembali ke dalam kebiasaan kehidupan saya yang lama seperti aktif membagikan kehidupan di sosial media.

Bisa dikatakan saya juga benar-benar hijrah selama beberapa bulan ke belakang. Kehidupan saya setiap hari hanya mendengarkan ceramah di youtube kapanpun dan dimanapun tanpa henti. Sehingga secara spiritual, hidup saya dipenuhi dengan tindakan positif dan terjaga untuk tidak melakukan hal negatif.

No music, No share my life, and No mengkepoin kehidupan orang. Itulah kehidupan saya sekarang yang masih saya usahakan untuk dipertahankan.

Ini adalah pencapaian pertama dalam hidup saya. Iman yang stabil dan bertahan cukup lama yang pernah saya perjuangkan. Biasa seminggu, udah ngedrop. But, layaknya kalimat yang sering terdengar ditelinga "iman bisa turun dan bisa naik". So far, that's normal.

Ketika saya menulis tulisan ini. Ini adalah titik di mana saya mengalami iman saya mulai turun. Beberapa hari ke belakang, saya terkontaminasi kembali dengan musik. Saya terkontaminasi kembali ingin share kehidupan saya di sosial media (untungnya masih bisa dikontrol). Dan kembali mengekepoin kehidupan-kehidupan orang di sosial media, seperti menamatkan status-status wa teman-teman saya yang tersimpan di kontak. Yup, sosial media utama saya sekarang adalah whatsapp.

Musik. Adalah kontribusi terbesar yang telah membuat hidup saya berubah. Yang merubah saya sebelumnya hanya regular people lalu menjadi di notice. Merubah saya dari normal people menjadi seorang melankolis dan beberapa alter ego lainnya. Dan seterusnya.

Setelah satu dekade bergelut di dunia beatbox. Sempat berhasil mendapat notice di youtube dan komunitas. Lalu menemukan saya stuck dalam perkembangan yang sangat cepat di dunia beatbox, membuat saya kewalahan mengejarnya. Akhirnya saya berpindah ke dalam dunia rapp, dengan rencana yang sudah pernah disiapkan.

Berpindah ke fase ketertatikan menggeluti rapp. Ternyata dunia rapp adalah fase membuat kehidupan saya berubah drastis, dan cikal bakal membuat saya menjadi ingin hijrah.

Bukan hal umum lagi jika orang yang kenal saya menyukai rapp dan mulai rapp karena eminem ketika teman saya Randi a.k.a Runz meracuni saya dengan menonton film 8Mile.

Seketika setelah menonton film tersebut, saya ingin jadi seperti eminem. Bagaimanapun caranya.

Segala cara dan upaya, susah dan senang ingin menjadi seorang rapper, sudah pernah sedikit dicoba. Hasilnya mungkin masih bad, tapi mungkin not really bad lah ya.

Selalu merasa full termotivasi setiap mendengarkan lagu-lagu eminem yang mungkin semuanya adalah lirik kebencian terhadap cinta-cintaan, dan dipenuhi dengan amarah, konflik, dan emosional tentang kehidupannya dan kehidupan zaman sekarang.

Semenjak saya ikuti eminem, khususnya di instagram. Ada 1 hal yang membuat saya terinspirasi. Eminem selalu tampil dan muncul ketika ada karya terbaru, atau iklan jualannya, atau hal lainnya yang mungkin bermanfaat bagi dirinya. Plus dia punya jutaan follower dan tidak ada memfollow orang lain sama sekali, walau anaknya ada di instagram juga. Tapi dia tidak follow anaknya.

Naaaah ini. Ini gaiss, yang saya notice dan saya sangat ingin sekali mengikutinya..... Sumpah. Mari kita bedah.

Pertama. Mengapa dia punya banyak follower dan tidak memfollow orang lain sama sekali. Banyak postingan stan (gelaran fans eminem)  menulis postingan bergambar eminem yaitu "Dont follow, but be leader". Qoutes itu selalu ada ketika saya scroll di pencarian instagram. Arti qoutes ini cukup mendeskripsikan bahwa kita adalah peran utama dalam kehidupan ini. Maka seharusnya orang lainlah yang kepo ke dalam hidup kita dan bukan sebaliknya.

Yang kedua. Eminem tidak memposting sesuatu di sosial media. Kecuali itu sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Bayangkan, betapa briliannya hal itu, ketimbang kita yang membagikan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi diri apalagi orang lain. Nah disinilah alasan saya memutuskan untuk tidak lagi sering-sering membagikan kehidupan saya, kecuali hal yang penting. Betapa banyak kita membagikan insta story yang malah mengundang penyakit ain (penyakit mata/penyakit iri dengki) dengan sengaja atau tanpa sengaja membuat orang lain terganggu, sehingga menjadi boomerang bagi diri kita sendiri.

Dari 2 poin inilah mungkin yang bisa saya jelaskan tentang update kehidupan saya sekarang. Mungkin masih panjang pembahasannya jika diteruskan. Tapi mata saya mulai mengantuk ketika menulis tulisan ini. So, semoga kalian terhibur dan mendapat manfaat dari bacaan ini.

Nanti kita lanjut ke part 2, kalo kada hauran.