Selasa, 01 September 2020

Tiarap yang Membagongkan

 


Dari dulu saya ingin sekali punya badan gemuk, tapi gak pernah gemuk-gemuk. Keinginan ini muncul ketika waktu kecil Bapak pernah mengejek saya dengan sebutan "tengkorak hidup". Sampai sekarang saya berfikir "sekurus itu kah badan saya?". Saya jalan ke cermin gak pake baju, lalu ngaca... Saya diam 5 detik... Saya melihat kerangka dada saya terlihat dengan jelas... Oke fix kaya tengkorak hidup.

Karna ambisi saya yang ingin memiliki badan gemuk. Hal ini membuat saya mendamba-dambakan susu w**ght-g*in (yg iklan animasi badan kurus terbang karna kena angin. Pas minum susu itu, auto gemuk dan kuat dari hembusan angin). Namun dari dulu saya tidak pernah menemukan di mana orang jual susu tersebut.

Ketika saya diajak teman saya bernama Fiki untuk berbelanja di salah satu market mall. Fiki berbelanja kebutuhannya untuk di rumah. Sambil plengak-plengok. Saya liat ada susu L-M*n gainmass terpampang ganteng di sebelah saya. Dengan gerakan spontan tangan saya mengambil susu bubuk itu. Terus langsung nanya ke Mba yg bertugas di market tersebut mengenai kelebihan dari susu bubuk itu. Mbanya langsung jawab dengan mantap "oo itu buat gemukin badan mas". Disinilah cerita di mana kekampretan dimulai.



Setelah membaca informasi kemasan susu tersebut. Hal yg saya fokuskan adalah takaran sajiannya seperti berapa banyak sendok dan berapa mili liter air diperlukan membuat satu sajian untuk diminum.

Karna saya orangnya perfeksionis. Saya benar-benar mengikuti cara penyajian yg tertulis di kemasan. Saya niat untuk beli botol shaker kecil yg kurang lebih mendekati ukuran takaran saji. Saking perfect nya saya mengais susu bubuk sendoknya dengan pas. Dan menuangkannya air ke dalam shaker dg teliti. Tidak kurang. Tidak lebih.

Tiap kali saya menuang, mengukur, dan menimbang dilantai dengan perfect. Saya sambil tiarap mengukur takaran saji agar kandungan dan rasanya pas. Tp ternyata secara tidak sadar mengundang gaya kebagongan yg membuat image saya luntur. Ya betul. Di rumah dan dikerjaan saya punya image yg pendiam dan sok sok keren. Gegara cara saya menyajikan susu bubuk ini. Semuanya hancur.

Pernah saya hampir kelupaan minum susu bubuk tersebut di malam hari. Pas mau tidur saya baru ingat, dan saya langsung menyiapkan susu tersebut di dapur. Seperti biasa sambil tiarap saya menakar air di shaker dengan teliti. Tiba-tiba Bapak menuju dapur dan liat saya melakukan hal aneh pertama kali di rumah yaitu "tiarap di dapur".

Saya diam mandangin Bapak. Bapak diam. Cicak juga diam....

    "ngapain nak?"

        "eee anu Pak"

            "ini lagi nyari kecoak"

                

Ilustrasi kegep tiarap di dapur

Di tempat kerja saya juga pernah lupa minum susu bubuknya pas break istirahat. Akhirnya di sela waktu kerja saya nyiapin minumannya. Karna saya diamanahkan sebagai pemimpin di toko dan saya gak mau ketauan ritual penyajian minumannya. Maka saya cari tempat sunyi yaitu di gudang stockroom.

Saya siapin seperti biasa. Kais bubuknya 8 sendok. Tuangkan air 175 ml ke dalam shaker. Namun kampretnya gak ada meja untuk mengukur airnya. Jadi seperti biasa saya tiarap-tiarap lagi untuk menuang dan mengukur air ke dalam shakernya. Selang beberapa detik tiba-tiba ada karyawan yang cari barang di gudang stockroom dan udah sekian detik liat saya tiarap-tiarap memandangi shaker. Saya kaget dan tersontak sambil tiarap. Kemudian terjadi awkward alias canggung. Dia mau nanya sungkan. Saya juga diam karna kegep (pemimpin macam apa saya. Sambil tepok jidat dalam hati). Akhirnya saya memasang wajah datar untuk perlahan-lahan bangun sambil balik kerja bawa shaker.

Tamat.

2 komentar:

  1. True story sih ini, perjalanan seorang ulis dari kurus dan bulking selamanya, saya juga sebagai teman dan sebagai saksi perjalanan ulis hingga sekarang , inti nya kalau kita mau makan di rumah makan padang harus ada dada ayam nya , kalau tinggal paha nya saja kita skip . Dan makan di tempat lain

    BalasHapus