Sabtu, 26 September 2020

Uyuy


Saya punya kucing namanya Uyuy. Dia adalah kucing kampung cowo yang waktu kecil sering main-main dihalaman rumah saya. Karna saya suka kucing. Jadi saya angkat dia jadi kucing peliharaan saya. Setiap hari saya kasih makan sosis sonais sampai dia berumur remaja.

Waktu kecil Uyuy suka sekali digendong-gendong bak anak kecil. Kadang-kadang sampai ketiduran kalo lagi digendong. Namun semuanya berubah semenjak Uyuy di masa remaja. Pertama kalinya saya sedih Uyuy tidak mau lagi digendong. Kalo digendong pasti ngamuk. Saya berfikir kenapa bisa jadi begini?

Beberapa hari saya lihat. Ternyata alasannya adalah Uyuy sudah mulai dewasa. Dia sudah nyari kucing cewe lain dan mau kawin.

Oo pantes kata saya gak mau digendong lagi. Sedih sekali sih. Karna sebelumnya dia suka digendong dan sering jilatin tangan saya kalo mau makan. Tapi apalah daya saya harus merelakan ke uwuan itu.

Sekarang Uyuy masih saya pelihara dengan memberinya makan 3 kali sehari. Dia saya kasih makan dengan makanan kucing yg bentuk biji-biji itu tuh, dan bukan sosis sonais lagi.

Pernah disuatu malam pas pulang kerja saya kasih makan Uyuy dihalaman. Beberapa menit saya nonton Uyuy makan, eh ternyata ada orang ribut-ribut di blok sebelah. Saya kaget, namun semua orang diblok rumah saya gak ada yang berani keluar.

Mendengar keributan tersebut. Jiwa bijaksana saya muncul untuk melerai mereka agar tidak mengganggu orang istirahat.

Saya samperin lokasi keributan tersebut. Ternyata ada 7 orang lagi adu-adu mulut yang kurang jelas apa sumber pemicunya apa. 

Dengan suara lantang saya bertanya "woy ada apa ini rame-rame tengah malam?". Semua orang bertujuh ini memandangi saya dan salah satu berucap "apa nyawa? Tacut kah jua? Unda orang sini".

Saya cuma diam aja, sambil memperhatikan mereka semua. Saya mulai memperhatikan secara spesifik orang-orang ini. 

Saya perhatikan... Perhatikan....jleeeb.... Saya terdiam ketika liat tangan-tangan mereka (ditangan mereka ada odading mang oleh)

Ternyata semua orang bertujuh ini masing-masing membawa parang alias golok yg ukuran cukup besar ditangannya.

Saya terdiam gak bisa ngapa-ngapain. Nyali saya langsung ciut. Kejadian yg sungguh awkward. Saya diam. Orang-orang pada diam. Mereka saling pandang-pandangan dengan mata tajam. Ya... Setajam silit.

Saya pelan-pelan membalikan badan saya untuk pulang ke rumah. Saya hampir disabet gegara menegur mereka saat itu. Untungnya saya gak ngelawan celotehan mereka.

Setelah sampai di rumah. Saya balik nonton Uyuy dengan setengah makanan yg masih dinikmatinya.

Mending saya nonton Uyuy, daripada saya dibagongkan dengan sabetan golok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar